Mengelola Prahara Perceraian Pegawai
(Ketika biduk dihantam badai dan tangga karir didepan mata)
Perceraian bukan hal yang diharapkan terjadi, namun perceraian yang menimpa pegawai, memiliki konsekensi dalam dan luas. Selain dituntut mampu menjaga performa kerja, proses dan dampak perceraian pula tak boleh luput dikelola. Bagi pegawai pria dan wanita yang menjalani proses perceraian, ada banyak hal, mulei ijin perceraian sampai tuntutan peningkatan performa kerja, karena hidup ditata ulang. Perceraian adalah penyebab langsung kondisi stress akibat pergolakan karena meninggalkan suatu hubungan, luka pada anak anak, dibarengi dengan masalah hukum dan penataan finansial. Karena itu mempertahankan kinerja dalam keadaan dimana berbagai emosi kesedihan, kemarahan dan kebencian yang hadir bersamaan, sungguh bukan hal yang mudah. Faktor penyebab perceraian, jka meibatkan penyiksanaan atau penghianatan, menimbulkan kebutuhan daya bangkit yang jauh lebih besar. Tahapan emosi yang muncul pada individu yang mengalami perceraian
- Penolakan - Banyak individu pada awalnya akan merasa sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak lagi bersama pasangan dan atau anak.
- Syok - Setelah menyadari bahwa perceraian membawa banyak perubahan, memberikan pengalaman yang tidak dapat dilupakan, menyimpan emosi depresi dan kemarahan.
- Roller-coaster - Selama fase roller-coaster, individu berada pada kondisi tidak menentu, senang karena pertikaian seolah menemukan jalan keluar dan depresi akibat kehilangan Individu dapat tenggelam lebih jauh ke dalam depresi ketika realitas situasi tidak dapat diatasi.
- Tawar-menawar - Sebuah fase yang mencoba untuk kembali ke bentuk penolakan yang dikurangi, penolakan bahwa hubungan belum berakhir dan keyakinan bahwa hubungan dapat 'diselamatkan' oleh kompromi yang tidak realistis.
- Melepaskan - Menyadari bahwa hubungan tidak dapat didamaikan dan mempertimbangkan alternatif jalan hidup.
- Penerimaan - Menerima bahwa pernikahan sudah berakhir dan fokus pada masa depan.
Perceraian Dan Kehidupan Profesional Pegawai
Perpisahan dan perceraian tidak hanya merugikan kehidupan pribadi seseorang tetapi juga kehidupan profesional seseorang. Pegawai yang paling tangguh pun bisa menjadi kurang produktif dalam melaksanakan tugasnya. Bukan hal yang aneh untuk melihat pegawai yang sedang dalam proses perceraian, menjadi tegang, emosional, dan tidak mudah bekerja sama. Perlu diingat, tidak ada proses dan peristiwa perceraian yang sama. Berikut beberapa masalah umum yang mungkin muncul dalam perilaku bekerja pegawai akibat proses dan peristiwa perceraian:
- Kesalahan bekerja yang berulang.
- Frustrasi (yang mungkin ditujukan kepada rekan kerja).
- Hasil kerja berkualitas rendah.
- Kurang fokus.
- Kehilangan kepercayaan diri.
Bagaimana Individu Lain Di Tempat Kerja Dapat Membantu
Hubungan pegawai dengan atasan merupakan kontrak psikologis yang menghasilkan tingkat kepercayaan, saling mengandalkan, dan welas asih yang kohesif. Pegawai yang telah mengabdikan diri selama bertahun tahun mengharapkan pengabdian itu dihargai dalam bentuk dukungan ketika melewati masa sulit seperti perceraian. Dalam beberapa kasus, atasan dapat menawarkan bentuk cuti, mendampingi, dan berperan sebagai mediator pada prahara yang sedang dialami pegawai. Atasan juga dapat mengatur tim kerja dan penugasan yang sekiranya dapat diselesaikan untuk menghindari kegagalan dan prestasi kerja yang rendah, agar pegawai tidak lebih terpuruk. Atasan juga dapat melibatkan keluarga pegawai, untuk sedapatnya mempertahankan keluarga, mencari solusi terbaik, dan memfasilitasi dukungan ahli, karena sesungguhnya keluarga merupakan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan pribadi pegawai dan anak anak mereka.
Mendukung pegawai yang sedang dalam proses perceraian dapat membantu membangun mereka kembali menjadi individu yang produktif sehingga organisasi dijalankan oleh mereka yang bekerja dengan gembira, tulus, dan membangun tidak hanya hubungan kerja, tetapi hubungan kemanusiaan yang hakiki.
Penulis : Dr. Rita Kardinasari, S.Psi., M.Si (Analis Kepegawaian Ahli Madya BKD Jabar)